1.
Metamorfosis
Sempurna (Holometabola)
a.
Katak
Gambar 1. Metamorfosis pada Katak
Keterangan
:
|
||
No
|
Fase
|
Keterangan
|
1
|
Telur
Katak
|
Tahap pertama dari metamorfosis katak yaitu
pada saat sel telur katak betina dibuahi oleh spermatozoid dari katak jantan.
Telur katak biasanya berkumpul pada tempat tertentu atau menyebar karena
pengaruh aliran air.
|
2
|
Kecebong
|
Kecebong hanya memiliki ekor saja sekitar 6 hari setelah
induk dari katak bertelur. Untuk minggu pertama atau kedua setelah menetas,
kecebong bergerak sangat sedikit. Dalam fase ini, kecebong menyerap sisa
kuning telur yang tersisa dari telur, yang menyediakan makanan yang sangat
dibutuhkan. Setelah menyerap kuning telur yang tersisa, kecebong cukup kuat
untuk berenang sendiri.
|
3
|
Berudu
|
Larva katak juga disebut berudu. Berudu memiliki insang
dasar, mulut, dan ekor panjang. Berudu Kebanyakan memakan ganggang dan
tumbuhan lain sehingga mereka dianggap herbivora.
Catatan:
kecebong dan berudu memiliki perbedaan yang jelas. Kecebong
hanya memiliki ekor saja sekitar 6 hari setelah induk dari katak bertelur.
Sedangkan Berudu memiliki ekor dan sudah mulai tumbuh kaki yang membantunya
lebih aktif bergerak.
|
4
|
Katak
Berekor
|
Katak berekor biasa juga disebut sebagai katak muda yang
merupakan salah satu tahapan dari metamorfosis katak yang akan menuju ke
kedewasaan.
|
5
|
Katak
Dewasa
|
Katak yang telah mencapai tahap dewasa dari metamorfosisnya
telah memanfaatkan kulit dan paru-parunya dalam bernafas. Dan pada saat
menjadi katak dewasa, katak ini akan mengalami penyebaran untuk berikutnya
menjadi induk katak.
|
b.
Kupu-kupu
Gambar 2. Metamorfosis pada Kupu-kupu
Keterangan
:
|
||
No
|
Fase
|
Keterangan
|
1
|
Telur
|
Telur
akan menetas antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan
inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang
kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang
mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan
berganti kulit.
|
2
|
Larva
(ulat)
|
Setelah menetas larva akan mencari makan. Sebagian
larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya.
Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika
menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit. Jumlah pergantian kulit
selama hidup larva umumnya 4 – 6 kali, dan periode antara pergantian kulit
(molting) disebut instar. Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk,
tetapi sebagian besar berbentuk silindris dan terkadang mempunyai rambut,
duri, tuberkel atau filamen. Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal,
larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung terdekat,
melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah
memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk
pupa.
|
3
|
Pupa
(kepompong)
|
Fase
pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal dalam pupa
terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras,
halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Umumnya pupa berwarna
hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya (berkamuflase) Pembentukan
kupu-kupu dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 – 20 hari tergantung
spesiesnya.
|
4
|
Kupu-kupu
|
Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak
ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung
ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah sayap
mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali
dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalah fase dewasa.
|
2.
Metamorfosis
Tidak Sempurna (Hemimetabola)
a.
Belalang
Gambar 3. Metamorfosis pada Belalang
Keterangan :
|
||
No
|
Bentuk
|
Keterangan
|
1
|
Telur
|
Setelah fertilisasi, terbentuk zigot (dalam telur). Dalam
waktu 1 sampai 3 bulan belalang akan menetas menjadi nimfa, ukurannya kecil
dan berwarna kuning atau bening.
|
2
|
Nimfa
|
Nimfa belalang mengalami
pergantian kulit hingga 13 kali. Antar pengelupasan kulit yang satu dengan
berikutnya disebut fase instar. Nimfa memiliki kutikula yang keras untuk
melindunginya saat dalam masa pertumbuhan. Tiap kali terjadi pergantian
kulit, badan nimfa akan semakin besar. Nimfa memakan makanan seperti yang
dimakan belalang dewasa. Warna nimfa kemudian berubah cokelat atau hijau.
Pada saat pergantian kulit terakhir sudah mulai kelihatan tunas sayap di sisi
toraks dan saat itu organ seks telah mulai berkembang.
|
3
|
Belalang Dewasa
|
Pada fase terakhir metamorfosis
tidak sempuna, belalang dewasa tubuhnya telah memiliki sepasang sayap untuk
terbang. Belalang dewasa telah siap kawin dan menghasilkan telur lagi.
|
b.
Jangkrik
Gambar 4. Metamorfosis pada Jangkrik
Keterangan :
|
||
No
|
Bentuk
|
Keterangan
|
1
|
Telur
|
Setelah fertilisasi, terbentuk
zigot (dalam telur) 14 hari.
|
2
|
Nimfa
|
Sejak menetas, anak jangkrik
(nimfa) sampai tumbuh dewasa mengalami pergantian kulit sebanyak 7-8 kali dan
berumur sekitar 1 – 40 hari. Nimfa adalah hewan muda yang mirip dengan hewan dewasa
tetapi berukuran lebih kecil dengan perbandingan tubuh yang berbeda. Nimfa
akan mengalami molting (pergantian kulit),setiap kali setelah molting hewan
itu kelihatan lebih mirip dengan hewan dewasa.
|
3
|
Jangkrik Dewasa
|
Jangkrik
dewasa memiliki sayap dan ukuran yang lebih besar daripada nimfa. Jangkrik
dewasa berumur sekitar 41 – 83 hari. Jangkrik akan mati setelah
meninggalkan telur didalam tanah yang jumlahnya cukup banyak sebagai pengganti
generasi berikutnya.
|
3.
Metagenesis
Tumbuhan Paku dan Lumut
a.
Lumut
Gambar 5. Metagenesis pada tumbuhan
lumut
|
Deskripsi
:
Pada
tumbuhan lumut daun, spora tumbuh menjadi protonema, protonema tumbuh menjadi
tumbuhan lumut, tumbuhan lumut akan menghasilkan anteridium (alat
perkembangbiakan jantan) dan arkegonium (alat perkembangbiakan betina). Kedua
organ ini dapat berada dalam satu tumbuhan (berumah satu), dapat juga berada
pada tumbuhan yang berbeda (berumah dua). Anteridium akan menghasilkan
sperma, dan arkegonium akan menghasilkan ovum. Karena itulah tumbuhan lumut
disebut sebagai gametofit (bersifat haploid), n) atau tumbuhan penghasil
gamet.
Pertemuan
antara sperma dan ovum akan menghasilkan zigot yang akhirnya berkembang
menjadi sporofit (bersifat diploid, 2n) atau tumbuhan penghasil spora. Pada
lumut daun, sporofit tetap menempel pada ujung tumbuhan lumut. Pembentukan spora
pada sporofit terjadi melalui pembelahan sel-sel induk dalam sporangium.
Sedangkan pembentukan sporofit dimulai dari pertemuan sperma dan ovum.
|
b.
Paku
Gambar 6. Metagenesis pada Paku
|
Deskripsi
:
Metagenesis
(pergiliran keturunan) pada tumbuhan paku merupakan bagian dari mekanisme
reproduksi tumbuhan ini. Reproduksi
generatif tumbuhan paku dilakukan melalui peleburan spermatozoid dan ovum.
Reproduksi vegetatifnya dengan membentuk spora. Reproduksi generatif dan
reproduksi vegetatif berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran
keturunan yang disebut metagenesis.
Metagenesis
tumbuhan lumut sedikit berbeda dengan metagenesis tumbuhan paku. Spora pada
tumbuhan paku akan tumbuh atau berkecambah menjadi protalium. Protalium
tumbuh menghasilkan alat perkembangbiakan jantan dan betina, yakni
antreridium dan arkegonoium. Karena itulah protalium disebut sebagai
gametofit. Apabila anteridium dan arkegonoium dihasilkan dalam satu
protalium, maka disebut berumah satu, sedangkan bila dihasilkan pada
protalium yang berbeda disebut berumah dua.
Sperma
dan ovum yang dihasilkan dari kedua alat perkembangbiakan tersebut bertemu
dan menghasilkan tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang dewasa akan memiliki daun
yang menghasilkan spora, yang disebut sporofil. Oleh karna itu tumbuhan paku
disebut sebagai sprofit. Untuk lebih jelasnya, lihat skema metagenesis antara
tumbuhan lumut dengan tumbuhan paku.
Pada
tumbuhan paku dalam siklus hidupnya memiliki dua tahap perkembangan, yaitu
generasi sporofit yang merupakan hasil perkembang biakan secara kawin dan
generasi gametofit yang berkembang biak secara kawin. Sporofit dewasa
ditandai dengan sporofit tersebut sudah menghasilkan spora yang terkumpul
dalam bentuk sorus.
Spora
kemudian berkembang menjadi gametofit. Gametofit tersebut akan menjadi dewasa
dengan ditandai oleh terbentuknya anteridium yang akan menghasilkan sperma,
dan arkegonium yang akan menghasilkan sel telur. Perkembangbiakan secara
kawin kemudian terjadi dengan dibuahinya sel telur oleh sperma. Zigot hasil
perkawinan kemudian berkembang menjadi sporofit.
|
4.
Metagenesis
pada Ubur-ubur
Gambar 7. Metagenesis pada Ubur-ubur
|
Deskripsi
:
Ubur-ubur
mengalami dua tahap perkembangan dalam siklus hidupnya, yaitu tahap medusa
yang berkembang biak secara kawin dan tahap polip yang berkembang biak secara
tak kawin. Tahap medusa ditandai dengan bentuk ubur-ubur yang dapat bergerak
bebas di air karena memiliki tentakel halus. Medusa dewasa membentuk gonad
yang akan menghasilkan gamet. Gamet jantan atau sperma akan membuahi sel
telur, dan zigot yang dihasilkan akan berubah menjadi larva. Larva akan
menempel di dasar laut dan berkembang menjadi polip. Polip merupakan bentuk
ubur-ubur yang tidak dapat bergerak. Polip kemudian menjadi dewasa dan akan
menghasilkan sejumlah medusa.
|