Senin, 05 Oktober 2015

METAMORFOSIS SEMPURNA DAN TIDAK SEMPURNA



1.    Metamorfosis Sempurna (Holometabola)
a.    Katak
Gambar 1. Metamorfosis pada Katak
Keterangan :
No
Fase
Keterangan
1
Telur Katak
Tahap pertama dari metamorfosis katak yaitu pada saat sel telur katak betina dibuahi oleh spermatozoid dari katak jantan. Telur katak biasanya berkumpul pada tempat tertentu atau menyebar karena pengaruh aliran air. 

2
Kecebong
Kecebong hanya memiliki ekor saja sekitar 6 hari setelah induk dari katak bertelur. Untuk minggu pertama atau kedua setelah menetas, kecebong bergerak sangat sedikit. Dalam fase ini, kecebong menyerap sisa kuning telur yang tersisa dari telur, yang menyediakan makanan yang sangat dibutuhkan. Setelah menyerap kuning telur yang tersisa, kecebong cukup kuat untuk berenang sendiri.
3
Berudu
Larva katak juga disebut berudu. Berudu memiliki insang dasar, mulut, dan ekor panjang. Berudu Kebanyakan memakan ganggang dan tumbuhan lain sehingga mereka dianggap herbivora.

Catatan:
kecebong dan berudu memiliki perbedaan yang jelas. Kecebong hanya memiliki ekor saja sekitar 6 hari setelah induk dari katak bertelur. Sedangkan Berudu memiliki ekor dan sudah mulai tumbuh kaki yang membantunya lebih aktif bergerak.

4
Katak Berekor
Katak berekor biasa juga disebut sebagai katak muda yang merupakan salah satu tahapan dari metamorfosis katak yang akan menuju ke kedewasaan.

5
Katak Dewasa
Katak yang telah mencapai tahap dewasa dari metamorfosisnya telah memanfaatkan kulit dan paru-parunya dalam bernafas. Dan pada saat menjadi katak dewasa, katak ini akan mengalami penyebaran untuk berikutnya menjadi induk katak.

b.    Kupu-kupu
Gambar 2. Metamorfosis pada Kupu-kupu
Keterangan :
No
Fase
Keterangan
1
Telur
Telur akan menetas antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit.

2
Larva (ulat)
Setelah menetas larva akan mencari makan. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk, tetapi sebagian besar berbentuk silindris dan terkadang mempunyai rambut, duri, tuberkel atau filamen. Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.

3
Pupa (kepompong)
Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal dalam pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya (berkamuflase) Pembentukan kupu-kupu dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 – 20 hari tergantung spesiesnya.

4
Kupu-kupu
Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalah fase dewasa.

2.    Metamorfosis Tidak Sempurna (Hemimetabola)
a.    Belalang

Gambar 3. Metamorfosis pada Belalang
Keterangan :
No
Bentuk
Keterangan
1
Telur
Setelah fertilisasi, terbentuk zigot (dalam telur). Dalam waktu 1 sampai 3 bulan belalang akan menetas menjadi nimfa, ukurannya kecil dan berwarna kuning atau bening.
2
Nimfa
Nimfa belalang mengalami pergantian kulit hingga 13 kali. Antar pengelupasan kulit yang satu dengan berikutnya disebut fase instar. Nimfa memiliki kutikula yang keras untuk melindunginya saat dalam masa pertumbuhan. Tiap kali terjadi pergantian kulit, badan nimfa akan semakin besar. Nimfa memakan makanan seperti yang dimakan belalang dewasa. Warna nimfa kemudian berubah cokelat atau hijau. Pada saat pergantian kulit terakhir sudah mulai kelihatan tunas sayap di sisi toraks dan saat itu organ seks telah mulai berkembang.
3
Belalang Dewasa
Pada fase terakhir metamorfosis tidak sempuna, belalang dewasa tubuhnya telah memiliki sepasang sayap untuk terbang. Belalang dewasa telah siap kawin dan menghasilkan telur lagi.
 
b.    Jangkrik
Gambar 4. Metamorfosis pada Jangkrik
Keterangan :
No
Bentuk
Keterangan
1
Telur
Setelah fertilisasi, terbentuk zigot (dalam telur) 14 hari.
2
Nimfa
Sejak menetas, anak jangkrik (nimfa) sampai tumbuh dewasa mengalami pergantian kulit sebanyak 7-8 kali dan berumur sekitar 1 – 40 hari. Nimfa adalah hewan muda yang mirip dengan hewan dewasa tetapi berukuran lebih kecil dengan perbandingan tubuh yang berbeda. Nimfa akan mengalami molting (pergantian kulit),setiap kali setelah molting hewan itu kelihatan lebih mirip dengan hewan dewasa.
3
Jangkrik Dewasa
Jangkrik dewasa memiliki sayap dan ukuran yang lebih besar daripada nimfa. Jangkrik dewasa berumur sekitar 41 – 83 hari. Jangkrik akan mati setelah meninggalkan telur didalam tanah yang jumlahnya cukup banyak sebagai pengganti generasi berikutnya.
3.    Metagenesis Tumbuhan Paku dan Lumut
a.    Lumut

Gambar 5. Metagenesis pada tumbuhan lumut

Deskripsi :
Pada tumbuhan lumut daun, spora tumbuh menjadi protonema, protonema tumbuh menjadi tumbuhan lumut, tumbuhan lumut akan menghasilkan anteridium (alat perkembangbiakan jantan) dan arkegonium (alat perkembangbiakan betina). Kedua organ ini dapat berada dalam satu tumbuhan (berumah satu), dapat juga berada pada tumbuhan yang berbeda (berumah dua). Anteridium akan menghasilkan sperma, dan arkegonium akan menghasilkan ovum. Karena itulah tumbuhan lumut disebut sebagai gametofit (bersifat haploid), n) atau tumbuhan penghasil gamet.

Pertemuan antara sperma dan ovum akan menghasilkan zigot yang akhirnya berkembang menjadi sporofit (bersifat diploid, 2n) atau tumbuhan penghasil spora. Pada lumut daun, sporofit tetap menempel pada ujung tumbuhan lumut. Pembentukan spora pada sporofit terjadi melalui pembelahan sel-sel induk dalam sporangium. Sedangkan pembentukan sporofit dimulai dari pertemuan sperma dan ovum.


b.    Paku


Gambar 6. Metagenesis pada Paku

Deskripsi :
Metagenesis (pergiliran keturunan) pada tumbuhan paku merupakan bagian dari mekanisme reproduksi tumbuhan ini.  Reproduksi generatif tumbuhan paku dilakukan melalui peleburan spermatozoid dan ovum. Reproduksi vegetatifnya dengan membentuk spora. Reproduksi generatif dan reproduksi vegetatif berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis.

Metagenesis tumbuhan lumut sedikit berbeda dengan metagenesis tumbuhan paku. Spora pada tumbuhan paku akan tumbuh atau berkecambah menjadi protalium. Protalium tumbuh menghasilkan alat perkembangbiakan jantan dan betina, yakni antreridium dan arkegonoium. Karena itulah protalium disebut sebagai gametofit. Apabila anteridium dan arkegonoium dihasilkan dalam satu protalium, maka disebut berumah satu, sedangkan bila dihasilkan pada protalium yang berbeda disebut berumah dua.

Sperma dan ovum yang dihasilkan dari kedua alat perkembangbiakan tersebut bertemu dan menghasilkan tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang dewasa akan memiliki daun yang menghasilkan spora, yang disebut sporofil. Oleh karna itu tumbuhan paku disebut sebagai sprofit. Untuk lebih jelasnya, lihat skema metagenesis antara tumbuhan lumut dengan tumbuhan paku.

Pada tumbuhan paku dalam siklus hidupnya memiliki dua tahap perkembangan, yaitu generasi sporofit yang merupakan hasil perkembang biakan secara kawin dan generasi gametofit yang berkembang biak secara kawin. Sporofit dewasa ditandai dengan sporofit tersebut sudah menghasilkan spora yang terkumpul dalam bentuk sorus.

Spora kemudian berkembang menjadi gametofit. Gametofit tersebut akan menjadi dewasa dengan ditandai oleh terbentuknya anteridium yang akan menghasilkan sperma, dan arkegonium yang akan menghasilkan sel telur. Perkembangbiakan secara kawin kemudian terjadi dengan dibuahinya sel telur oleh sperma. Zigot hasil perkawinan kemudian berkembang menjadi sporofit.

 4.    Metagenesis pada Ubur-ubur

Gambar 7. Metagenesis pada Ubur-ubur

Deskripsi :
Ubur-ubur mengalami dua tahap perkembangan dalam siklus hidupnya, yaitu tahap medusa yang berkembang biak secara kawin dan tahap polip yang berkembang biak secara tak kawin. Tahap medusa ditandai dengan bentuk ubur-ubur yang dapat bergerak bebas di air karena memiliki tentakel halus. Medusa dewasa membentuk gonad yang akan menghasilkan gamet. Gamet jantan atau sperma akan membuahi sel telur, dan zigot yang dihasilkan akan berubah menjadi larva. Larva akan menempel di dasar laut dan berkembang menjadi polip. Polip merupakan bentuk ubur-ubur yang tidak dapat bergerak. Polip kemudian menjadi dewasa dan akan menghasilkan sejumlah medusa.